Laman

Sabtu, 18 Mei 2013

DKP


Fakultas Kedokteran identik dengan warna hijau. Setiap dies natalis atau acara-acara yang berbau gengsi fakultas lainnya, misalnya sepakbola, basket, badminton, dan lain-lain, kami akan membumihijaukan acara tersebut. Namun, selalu saja ada suara-suara sumbang yang tidak menyukai warna hijau itu. Yap, tentu saja mereka adalah suporter lain. Biasanya mereka akan mengejek kami.. 'DKP! DKP!' Duuuh, sungguh kesal jika kami disamakan dengan DKP! Wait, apa itu DKP?

DKP adalah singkatan dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan (sejujurnya saya harus meng-google-nya terlebih dahulu). Mengapa bisa disebut DKP? Karena kami sama-sama mengenakan atribut hijau. Seragam mereka, truk pengangkat sampah, semuanya juga berwarna hijau.

Ada sesuatu yang unik mengenai sistem pengelolaan sampah di Denpasar. Saya anggap unik karena saya tidak menemukan hal ini di Mataram. Di Denpasar, kamu hanya boleh mengeluarkan sampah rumah tangga pada pukul 17.00-19.00. Nanti, petugas DKP dengan truk pengangkat sampahnya akan mengambil sampah tersebut dan membuangnya ke TPA (entah itu dimana). Di rumah saya, truk DKP biasanya lewat tepat pukul 20.00. Saya selalu ingat karena biasanya saya bertugas untuk mengambil kembali tempat sampah yang kami gunakan untuk menaruh sampah di luar. (Tuh, Ita! DKP aja selalu tepat waktu. Tidakkah kamu malu karena masih sering terlambat lecture?).

Hal unik lainnya adalah, apabila kamu akan melakukan suatu kegiatan yang menghasilkan banyak sampah, misalnya menebang pohon di siang hari, kamu harus memberitahu DKP terlebih dahulu, maka mereka akan datang menjemput sampah-sampahmu yang banyak itu.

DKP di Denpasar sungguh sangat rajin. Meskipun hujan, mereka tidak berhenti bekerja. Dengan pakaikan bekerja khusus hujannya, mereka tidak kenal lelah melakukan tugas mulia membersihkan Denpasar sehingga kota tercinta ini tetap asri dan nyaman. Bayangkan jika 1 hari saja DKP tidak bekerja. Sampah-sampah yang kita alergikan itu pasti akan menumpuk dimana-mana dan menjadi sumber penyakit.

Setelah menyadari begitu banyak kebaikan DKP, saya tidak kesal lagi apabila kami, FK Unud, diejek-ejek dengan sebutan DKP. DKP adalah perkejaan mulia yang sering disepelekan orang. Bahkan menurut saya, dokter dan DKP tidak jauh berbeda. Kita sama-sama bekerja untuk mengabdi kepada masyarakat.

Hari ini, saat saya sedang maturan di pintu gerbang rumah, kru-kru DKP sedang mengangkut sampah di jalan rumah kami. Orang pertama berlari-lari di depan, bertugas untuk menggeser sampah-sampah (dan tempatnya) di kanan jalan menuju kiri jalan, agar lebih mudah bagi rekan kedua yang berada beberapa meter di belakangnya, bertugas mengangkat sampah tersebut ke truk. Kemudian orang ketiga bertugas menumpahkan isi sampah dan mengembalikan (membuang) tempat sampah tersebut ke jalan. Orang keempat adalah supir.

Hari ini, saat bersembahyang saya pas bertemu dengan orang pertama, bapak yang bertugas untuk menggeser sampah ke kanan jalan. Dia tersenyum kepada saya, saya juga membalas dengan senyuman. Kemudian saya ingat, dan saya ucapkan 'Terimakasih!'. Senang rasanya setelah bertahun-tahun ditolong bisa mengucapkan terimakasih. ^^

1 komentar:

  1. Petugas DKP itu bekerja dari hati kayanya. The important thing is they love their job.

    BalasHapus